Sabtu, 07 Maret 2009
Allah Ta'ala berfirman, Hingga ketika mereka bersenang-senang dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka sekonyong-konyong. (Al-An'am: 44) Maksudnya, siksa Kami akan menimpa mereka dengan cara yang tidak mereka sadari. Hasan berkata, Barangsiapa diberi kemudahan (rizki) oleh Allah sedangkan ia tidak menganggap bahwa dengan itu Allah mengancamnya maka orang tersebut tidak punya pikiran. Dan barangsiapa dipersempit (rizkinya) namun ia tidak menganggapnya bahwa Allah memperhatikannya maka orang itu tidak punya akal. Kemudian ia membaca firman Allah, Hingga ketika mereka bersenang-senang dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka sekonyong-konyong. Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Al-An'am: 44) Hasan mengatakan, Makar terhadap kaum artinya, demi Tuhan-Nya Ka'bah, semua kebutuhan dicukupi lalu mereka disiksa. `Uqbah bin Amir Radhiyallahu Anhu meriwayatkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Jika kamu melihat Allah memberikan kepada seorang hamba semua yang disukainya padahal ia tetap berada dalam kemaksiatan. Hal itu merupakan bentuk isdjraj baginya. Lalu beliau membaca ayat tersebut, Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa (Al-An'am: 44). Al-Iblas artinya putus harapan untuk selamat pada saat ditimpa bencana. Ibnu Abbas berkata, Mereka berputus asa dari segala kebaikan. Sedangkan Zajjaj berkata, Al-Mublis adalah orang yang sangat menyesal dan berputus ada serta sedih. Dalam atsar disebutkan bahwa ketika Iblis mempunyai makar saat itu masih menjadi bagian dari malaikat segeralah Jibril dan Mikail menangis dan Allah bertanya, 'Apa yang membuat kalian berdua menangis? Mereka berdua menjawab, Ya Rabb, kami tidak merasa aman dari makar-Mu. Lalu Allah berfirman, Demikianlah semestinya kalian, janganlah kalian merasa aman dari makar-Ku. Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam sendiri sering mengucapkan, “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, kokohkan hati kami dalam agama-Mu! Ada yang bertanya, Wahai Rasulullah, apakah engkau mengkhawatirkan kami? Beliau menjawab, 'Sesungguhnya hati itu berada di dua jari dari jari-jari Arrahman, Dia membolak-balikkan sekehendak-Nya. (Diriwayatkan Tirmidzi dari hadits Anas bin Malik) Dalam hadits shahih, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, ”Sesungguhnya seseorang mengamalkan amal ahli surga hingga jarak antara dirinya dengan surga tinggal sehasta. Namun ia telah didahului kitab (ketentuan-Nya) lalu ia mengamalkan amalan ahli neraka dan ia pun memasukinya. (Diriwayatkan Bukhari dari hadits Abu Hurairah). Di dalam Shahih Bukhari dari Sahl bin Sa'ad As-Sa'idi Radhiyallahu Anhu bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sesungguhnya seseorang mengamalkan amalan ahli neraka dan ia termasuk ahli surga. Juga ada orang yang mengamalkan amalan ahli surga padahal ia termasuk ahli neraka. Sesungguhnya semua amal tergantung akhirnya'' Di dalam kitab suci-Nya Allah menceritakan kisah Bal'am, yakni dicabutnya keimanan setelah adanya ilmu dan makrifat. Demikian pula kisah Barsesa, seorang pendeta yang meninggal sebagai orang kafir. Dikisahkan bahwa di Mesir terdapat seseorang yang aktif di masjid untuk adzan dan shalat. Pada diri orang tersebut terdapat kharisma ibadah dan cahaya ketaatan. Pada suatu hari ia naik ke atas menara untuk adzan sebagaimana biasa. Di bawah menara itu terdapat sebuah rumah milik orang Nashrani dzimmi (yang dilindungi negara Islam). Orang tersebut melihat ke rumah dan nampak seorang gadis anak orang Nashrani itu, gadis itu cantik sekali. Orang itu tergoda olehnya dan tidak jadi adzan, ia turun menemuinya, gadis itu bertanya, Ada apa dan apa yang kamu inginkan? Kamu yang aku inginkan, jawabnya. Aku tidak mau menurutimu melakukan yang tidak benar. Aku akan menikahimu. Kamu seorang Muslim sedang ayahku tidak akan menikahkan aku denganmu. Aku masuk Kristen, katanya. Jika kamu melakukan itu, aku mau. Lalu orang itu masuk Kristen demi menikahi gadis itu dan tinggal di rumah itu bersama keluarga Nashrani. Pada hari itu juga ia naik ke atap rumah kemudian jatuh dan meninggal dunia. Ia tidak berbahagia dengan agamanya dan tidak dapat menikmati gadis itu. Kita berlindung kepada Allah dari makar-Nya dan dari su'ul-khatimah. Salim meriwayatkan dari Abdullah bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam sering bersumpah dengan kata-kata, “Tidak, demi Dzat yang membolak-balikkan hatil (Diriwayatkan Bukhari). Artinya, cepat sekali Allah membalikkan hati bahkan lebih cepat dari tiupan angin dalam membalikkan sifat-sifat yang bertentangan. Misalnya, menerima dan menolak, menginginkan dan membenci, juga sifat-sifat lainnya. Di dalam Al-Quran Allah berfirman, Dan ketahuilah bahwa Allah menjadi penghalang antara seseorang dengan
Langganan:
Komentar (Atom)
